STEP VII
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
VSD adalah kelainan jantung berupa lubang pada sekat
antar bilik jantung yang meneyebab kan kebocoran aliran darah pada bilik kiri
dan kanan jantung. Keboaran ini membuat sebagian darah kaya oksigen kembali ke
paru paru sehingga menghalangi darah renda oksigen memasuki paru paru. Bila
lubang nya kecil, VSD tidak memberikan
masalah berarti. Bila besar, bayi dappat mengalami gagal jantug.
VSD adalah kelainan jantung bawaan yang spaling sering
terjadi 30% kasus. Gejala uatama dari kelainan iani adalah kesulitan menyusu
dan ganngguan pertumbuahan, nafas endek an mudah lelah. Bayi dengan VSD besar
cepat tidur setelah kurang menyusui, bangun sebentar karena lapar, mencoba
menyusu lagi tetapi cepat kelelahan, tertidur lagi, dan seterusnya.
B.
Tujuan penukisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah
ini adalah :
a.
Memperoleh gambaran mengenai penyakit Ventrikel Septum
Defect (VSD) & Atrial Septum Defect (ASD)
b.
Untuk mengetahui
bagaimana terjadinya penyakit Ventrikel Septum Defect (VSD) & Atrial Septum
Defect (ASD) pada anak
c.
Untuk mengetahui tanda dan gejala
yang timbul pada penyakit Ventrikel Septum Defect (VSD) & Atrial Septum
Defect (ASD), pembagian serta bagaimana memberikan penanganan yang tepat
C.
Manfaat
penulisan
a.
Agar kita dapat mengetahui penyebab Ventrikel Septum
Defect (VSD) & Atrial Septum Defect (ASD).
b.
Agar kita dapat mengetahui cara pemberian asuhan
keperawatan yang tepat pada klien dengan penyakit Ventrikel Septum Defect (VSD)
& Atrial Septum Defect (ASD)
BAB II
Pembahasan
1.
Definisi
ventrikular septal defect (VSD)
a.
VSD
adalah kelainan jantung berlubang pada sekat antar bilik jantung yang menyebab kan
kebocoran aliran darah pada bilik kanan dan kiri jantung.
b.
VSD
adalah kelainan jantung berupa tidak semourna penutup dinding pemisah antara
ventrikel sehingga darah mengalir dari ventrikel kanan dan kiri atau
sebaliknya.
c.
VSD
adalah kelainan jantung bawaan yang paling sering terjadi (30%).Merupakan
jenis PJB yang paling sering ditemukan pada anak dengan persentasi sekitar
20%-25%. VSD dapat menimbulkan peningkatan aliran darah menuju paru-paru
sehingga dapat menyebabkan timbulnya gagal jantung. Penutupan VSD dengan
prosedur intervensi menggunakan Amplatzer Ventricle Occluder (AVO) merupakan
suatu alternatif pengobatan tanpa operasi.Penutupan VSD dengan menggunakan AVO
cukup efektif dan aman, namun perlu diwaspadai terjadinya komplikasi yang
berupa terhambatnya aliran pembuluh darah secara total pada atrioventricular
(AV block). Komplikasi ini dapat terjadi akibat pemasangan perangkat AVO dengan
ukuran yang lebih besar daripada ukuran defeknya (kelainannya).
2.
Etiologi
Penyebab
yang tidak di ketahui secara pasti di duga adanya faktor endogen dan eksogen.
a.
Faktor
endogen
a)
Berbagai
jenis penyakit genetik, kelainan kromosom
b)
Anak
yang lahir ebelum nya menderit PJB
c)
Adanya
penyakit tertentu dalam keluarga (diabetes melitus, hipertensi)
b.
Faktor
eksogen
a)
Riwayat
kehamilan ibu
Sebelumnya
ikut kb oral/suntik, minum obat tanpa resep dokter (dexstroamphetamin,
aminopterin, amethopterin, jamu)
b)
Bu
menderita penyakit inpeksi: rubella
c)
Pajanan
terhadap sinar X
c.
Faktor
prenatal yang berhubungan dengan USD
a)
Rubella/
infeksi virus lainnya pada ibu hamil
b)
Gizi
ibu hamil yang buruk
c)
Usia
ibu diatas 40 tahun
d)
Ibu
menderita diabetes
d.
Faktor
familia
Yaitu
3% anak dari orang tua dengan VSD juga menderita VSD
e.
Faktor
geografis
Populasi
diasia (jepang dan cina) mempnyai insiden defect pulmunal yang lebih sering.
f.
Faktor
lingkungan
Defirensial
bentuk jantung lengkap pada akhir bulan kedua kehamilan. Faktor prnyebab PJB
terutama terdapat selama dua bulan pertama kehamila alah rubella pada ibu dan
penyakit firus lain, talidomud. Hipoksia juga dapat menyebab kan PDA.
3.
Patofisiologi
dalan ventrikular septal defect
Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui
defek pada septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang besar membuat darah
mengalir dengan deras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan à menimbulkan
bising.
Darah dari ventrikel kanan didorong masuk ke a.pulmonalis. Makin besar
defek, makin banyak darah masuk ke a.pulmonalis. Tekanan yang terus-menerus
meninggi pada a.pulmonalis akan menaikan tekanan pada kapiler paru. Mula-mula
naiknya tekanan kapiler ini masih reversibel (belum ada perubahan pada endotel
dan tunika muskularis arteri-arteri kecil paru. Akan tetapi, lama-lama pembuluh
darah paru menjadi sklerosis dan akan menyebabkan naiknya tahanan yang
permanen. Bila tahanan pada a.pulmonalis sudah tinggi dan permanen, tekanan
pada ventrikel kanan juga jadi tinggi dan permanen.
VSD ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkin
kan darah mengalir langsung dari ventrikel biasanya dari kiri ke kanan.
Diameter defect berfariasi dari 0,5-3 cm. Kira kira 20% dari defect ini pada
anak adalah defect sederhana. Banyak diantaranya menutup secara spontan.
Kira-kira 50%-60% anak-anak menderita defect ini memiiki defect sedang dan
menunjukkan gejalanya pada masa kanak-kanak. Defect ini sering terjadi
bersamaan dengan defect jantung lain.
a.
Tekanan
lebih tinggi pada ventrikel kiri dan menngkat kan aliran darah kaya o2 melalui
defect tersebut mwlalui ventrikel kanan.
b.
Volume
darah yang meningkat di pompa ke dalam paru, yang akhirnya di penuhi darah dan
dapat menyebabkan naiknya tekanan vaskuler pulmonal.
c.
Jika
tahanan pulmonal ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat menyebab kan
pirau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri
menyebab kan sianosis.
4.
Manifestasi
klinis
Ventrikular
septal defect merupakan kelainan jantung dimana terjadi defect sekat antara
ventrikel pada berbagai lokasi. Merupkan kelainan kongenital tersering sesudah
kelainan aorta bikuspidalis. Masalah ini merupakan suaty keadaan dimana adanya
hubungan lubang abnormal pada sekat yang memisah kan ventrikel kanan dan
ventrikel kiri.
a.
VSD
kecil (ventrikular septal defect)
VSD
kecil tanpa aliran darah pintas dan gangguan hemodinamika yang berarti tekanan
arteri pulmonal pada VSD kecil normal, memperlihat kan aliran pulmonal dengan
aliran sistemis <1,5 : 1. Sebagian besar jenis VSD akan menutup secara
ilmiah pada umur 3 tahun, sisanya tetap terbuka dan mudah di diagnosis. Hal ini
menimbulkan adanya trhill dan bising pansistolik yang keras dan besar di garis
ternal bagian bawah. Foto rotgen torak dan EKG tetap normal pada VSD muskular,
bising ini berakhir pada saat mid-diastolik karena penutupan VSD pada saat
diatolik.
b.
VSD
sedang (ventrikular septal defect)
VSD
sedang dengan kelainan vaskuler paru obstuktif dan sianosis. Pada VSD sedang
tekanan arteri pulmonal >112 tekanan
sistemis dan aliran Sirkulasi paru di bandingkan sirkulasi sistemis antara 1,5
: 1 dan 2 :1. Jenis ini tidak sering di temukan pada orang dewasa karena sering
menutup atau menjadi VSD kecil pada umur muda. Aliran pintas pada VSD sedang
sehingga bising pentissolik pada garis ternal kir bawah sering di sertai bising
middiastolik didaerah katup mitral dan galop protodiastolik didaerah apeks. Foto
rotgen torak menunjukan kardiomegali dan vaskularisasi yang bertambah, sedang
kan EKG menunjukan hipertropi ventrikel kiri.
c.
VSD
besar (ventrikular septal defect)
VSD
besar yang di sertai stonosis pulmunal sulit dibedakan dengan tetralogi falot.
Tekanan darah di jantung identik dengan tekanan jantung dikiri. Aliran
sirkulasi sistemis 2:1 aliran pintas yang besar seperti in akan mengakibat kan
gagal jantung pada 2-3 bula.
5.
Faktor
yang mempengaruhi
a.
Faktor
prenatal yang berhubungan dengan
-
Rubella
/ infeksi firus lainnya pada ibu hamil
-
Gizi
ibbu hamil yang buruk
-
Usia
ibu diatas 40 tahun
-
Ibu
alkholisme
b.
Faktor
genetik
-
Ayah
atu ibu menderita PJB
-
Kelainan
kromosom misal nya sndrom down
-
Lahir
dengan kelainan dengan bawaan lain
c.
Penyakit
gula pada saat kehamilan
d.
Kebiasaan
merokok
6.
Klasifikas
ventrikel septum defect
Ventrikel septum defect
termasuk penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik . Untuk tujuan
penatalaksanaan medis dan bedah, dibuat klasifikasi berdasarkan kelainan hemodinamika
dan klasifikasi anatomic.
a.
Berdasarkan kelainan hemodinamika
-
Defek kecil dengan tahanan paru normal.
-
Defek sedang dengan tahanan paru normal.
-
Defek besar
dengan hipertensi pulmonal hiperkinetik.Defek besar dengan penyakit obstruksi
vaskuler paru.
b.
Berdasarkan letak anatomis
-
Defek perimembranous atau juga dikenal
dengan defek pars membranacea merupakan tipe yang paling sering sekitar 80%
kasus VSD . Berdasarkan perluasan defeknya dibagi menjadi perluasan kea outlet,
perluasan ke inlet dan perluasan ke trabekuler.
-
Defek musculer dimana defek dibatasi
oleh daerah otot,sekitar 5-20 %. Yang dapat dibagi lagi menjadi :sentral atau midmusculer , apical, marginal dan
“ swiss cheese “septum, suatu multiple muscular.
-
defect Defek subarterial dimana sebagian
dari batas defek dibentuk oleh terusan jaringan ikat katup aorta dan pulmonal.
Kejadian sekitar 6%, defek ini dahulu disebut defek suprakristal, karena
letaknya diatas krista supraventrilaris.
c.
Sianotik
Adalah
terlihat nya warna biru pada tubuh bayi oleh karena terjadinya pencampuran
darah bersih dan darah kotor. Mlalui kelainan pada struktur jantung. Pada saat
inni tubuh bayi tidak mendapat kan oksigen yang cukup yang dapat membahayakan.
d.
Non
sianoti
Tidak
ada gejalannya sehingga sering tidak di sadari. Gejala yang timbul awal nya
berupa lelah menyusui atau menyusui sebentar sebentar dan keterrlambatan
pertumbuhan dan perkembangan.
7.
Gejala-
gejala bayi yang mengalami VSD.
a.
Pada VSD kecil:
biasanya tidak ada gejala-gajala. Bising pada VSD tipe ini bukan
pansistolik,tapi biasanya berupa bising akhir sistolik tepat sebelum S2.
b.
Pada VSD
sedang: biasanya juga tidak begitu ada gejala-gejala, hanya kadang-kadang
penderita mengeluh lekas lelah., sering mendapat infeksi pada paru sehingga
sering menderita batuk.
c.
Pada VSD besar:
sering menyebabkan gagal jantung pada umur antara 1-3 bulan, penderita
menderita infeksi paru dan radang paru. Kenaikan berat badan lambat.
Kadang-kadang anak kelihatan sedikit sianosis.
d.
mengalami
sianosi
bayi
terlihat biru oleh karena terjadi pencampuran darah bersih dan darah kotor
melalui kelainan pdda darah kotor. Kebiruan ini terjadi di mukusa mulut, kuku,
kuku.
a.
Takipnea
Tanda
yang biasa di temukan pda bayi yang mengalami shunt kiri-kanan, abtruksi vena
pulmonalis dan kelainan lainyaakibat gagal jantung.
b.
Frekuensi
jantung abnormal
-
Takikardia
atau bradikardia
c.
Bising
jantung
d.
Tidak
dapdt melakukan aktifitas/ berolah raga ddengan baik seperti umumnya
e.
Dada
berdebar kencang terutama malam hari
f.
Buang
air kecil terlalu sering
g.
Mudah
pingsan
h.
Sering
pusing
8.
Pemeriksaan Penunjang Penyakit Jantung VSD
a.
Gambaran
Radiologi Thorax VSD
-
Pada VSD kecil,
memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung normal dengan vaskularisasi peru
normal atau sedikit meningkat.
-
Pada VSD
sedang, menunjukkan kardiomegali sedang dengan konus pulmonalis yang menonjol,
hilus membesar dengan vaskularisasi paru meningkat.
-
Pada VSD besar
yang disertai hipertrofi pulmonal atau sindroma eisenmenger tampak konus
pulmonal sangat menonjol dengan vaskularisasi paru yang meningkat di daerah
hilus namun berkurang di perifer
b.
Echocardiografi
-
Pemeriksaan
echocardiografi pada VSD meliputi M-Mode, dua dimensi doppler. Pada doppler
berwarna dapat ditemukan lokasi, besar dan arah pirau.
-
Pada defek yang
kecil, M-Mode dalam batas normal sedangkan pada dua dimensi defek kecil sulit
dideteksi.
-
Pada defek
sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan ekokardigrafi dua dimensi,
dengan M-Mode terlihat pelebaran ventrikel kiri atau atrium, kontraktilitas
ventrikel masih baik.
-
Pada defek
besar, ekokardiografi dapat menunjukkan adanya pembesaran ke empat ruang
jantung dan pelebaran arteri pulmonalis.
9.
Komplikasi VSD
a.
Endokarditis infektif
Penyakit yang disebabkan infeksi mikroba pada lapisan endotel jantung
ditandai oleh vegetasi yang biasanyaterdapat pada katup jantung namun dapat
terjadi endokardium di tempat lain
b.
Gagal jantung kronik
-
Sindrom klinik yang komplek yang disertai keluhan
gagal jantung berupa sesak, fatique, baik dalam keadaan istirahat atau latihan,
edema, dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat.
Tanda-tanda gagal jantung; nafas cepat, sesak nafas, retraksi.bunyi jantung
tambahan (murmur), edema tungkai, hepatomegali.
c.
Obstruksi pembuluh darah pulmonal (Adanya hambatan
pada PD pulmonal ).
d.
Syndrome
eisenmenger (Terjadinya perubahan dari pirau kiri ke kanan menjadi kanan ke
kiri yang dapat menyebabkan sianosis ).
e.
Terjadinya
insulisiensi aorta atau stenosis pulmonary ( penyempitan pulmonal ).
f.
Penyakit
vascular paru progresif sebagai akibat lanjut dari syndrome eisenmenger.
g.
Kerusakan system konduksi ventrikel
10.
Jenis tindakan bedah pada Ventrikel
Septum Defect (VSD)
a.
Operasi paliatif
Berupa binding/ penyempitan arteri
pulmonalis untuk mengurangi aliran darah ke paru-paru. Dengan demikian maka
gejala gagal jantung akan berkurang dan kemungkina timbulnya penyakit vaskuler
paru dapat dikurangi atau dihambat. Penderita yang telah dilakukan tindakan ini
hharus diikuti dengan operasi penutupan defek sekaligus dengan membuka
penyempitan arteri pulmonalis. Tindakan ini hendaknya jangan dilakukan terlalu
lama karena penyempitan arteri pulmonalis dapat menyebabkan konstriksi
arteri pulmonalis yang mungkin memerlukan koreksi bedah tersendiri.
b.
Operasi korektif
Operasi dilakukan dengan sternotomi
median dengan bantuan mesin jantung –paru. Keputusan untuk melakukan operasi
korektif sangat bergantung pada kemampuan tim bedah dengan segala fasilitas
pendukungnya. Di negara maju terdapat kecenderungan untuk langsung melakukan
operasi penutupan defek meskipun pada bayi kecil. Mortalitas keseluruhan akibat
operasi dilaporkan sekitar 5-15%. Prognosa operasi makin baik bila tahanan
paru-paru rendah dan penderita dalam kondisi baik dengan berat badan diatas
15 kg.
11. Penatalaksanaan Medis
Beberapa sifat alamiah VSD perlu dipertimbangkan dalam penanganan penyakit ini
-
Sebagian besar defek kecil akan menutup
spontan, sedangkan defek
sedang dan besar cenderung untuk mengecil dengan sendirinya.
-
Defek besar dapat menyebabkan gagal
jantung, biasanya pada bulan
kedua kehidupan. Penderita yang sampai umur 1 tahun tidak mengalami gagal jantung, biasanya
tidak akan mengalaminya di
kemudian hari, kecuali bila terdapat faktor lain seperti
anemia atau pneumonia.
-
Perubahan vaskuler paru sudah dapat terjadi
dalam 6-12 bulan pertama
kehidupan. Pada defek berat, pada umur 2-3 tahun sudah
dapat terjadi hipertensi pulmonal yang ireversibel.
a.
Penderita dengan VSD kecil tidak
memerlukan penanganan medik atau bedah karena tidak menyebabkan gangguan
hemodinamik. Anak dengan DSV kecil mempunyai prognosis baik dan dapat hidup
normal, kecuali observasi kemungkinan infeksi paru dan mencegah/ mengobati
endocarditis bila terjadi. Penderita harus diobservasi sampai defeknya menutup.
b.
VSD sedang
Terapi medic
-
Apabila gagal jantung telah dapat
diatasi, diperlukan digitalis dosis rumat ( digoxin dan
diuretik misalnya lasix). Sebagian kecil tidak dapat diatasi dengan digitalis
saja, anak tetap dalam keadaan gagal jantung kronik atau failure to thrive dan
penderita ini memerlukan koreksi bedah segera.
-
Terapi bedah
Penderita VSD sedang dengan tahanan
vaskuler paru normal dengan tekanan art pulmonal kurang dari setengah tekanan
sistemik, kecil kemungkinannya untuk menderita obstruksi paru. Mereka hanya
memerlukan terapi medik dan sebagian akan menjadi simptomatik. Terapi bedah
dipertimbangkan bila setelah umur 4-5 tahun defek kelihatannya tidak mengecil.
c.
VSD besar
-
VSD besar dengan hipertensi pulmonal
hiperkinetik terapi medik yang diberika sama seperti VSD sedang dengan tahanan
vaskuler paru normal. Bila dengan terapi medik dapat memperbaiki keadaan, yang
dilihat dengan membaiknya pernapasan dan pertambahan berat badan maka operasi
dapat ditunda sampi usia 2-3 tahun. Bila gagal jantung dapat diatasi penderita
harus diawasi ketat untuk menilai terjadinya perburukan/ penyakit vaskuler
paru. Bila terjadi perburukan maka diperluka koreksi bedah.
-
Pada penderita VSD dengan hipertensi
pulmonal dilakukan uji oksigen atau tolazolin pada saat kateterisasi jantung.
Bila tahana vaskuler paru masih dapat menurun dengan bermakna ( ditandai
dengan kenaikan saturasi dan penurunan tekanan arteri pulmonalis ), maka
diperlukan operasi dengan segera. Bila uji tersebut tidak menurunkan tahanan
vaskuler paru atau telah terjadi sindrom Eisenmenger, maka penderita tidak
dapat dioperasi dan terapi yang diberika hanya bersifat suportif simtomatik.
12.
Asuha
keperawatan
1. pengkajian
A.
Pengkajian Umum
a.
Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa
anaknya ke dokter tergantung dari jenis
defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya
terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
1. Riwayat
Kesehatan
-
Riwayat kesehatan sekarang
Anak mengalami sesak nafas
berkeringat banyak dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada
derajat dari defek yang terjadi.
2.
Riwayat
kesehatan lalu
a.
Prenatal
History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu
(infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan
obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
b.
Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal
dan diinduksi.
c.
Riwayat
Neonatus
Ø Gangguan
respirasi biasanya sesak, takipnea
Ø Anak rewel
dan kesakitan
Ø Tumbuh
kembang anak terhambat
Ø Terdapat
edema pada tungkai dan hepatomegali
Ø Sosial
ekonomi keluarga yang rendah.
3.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
a.
Adanya
keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan defek jantung
b.
Penyakit
keturunan atau diwariskan
c.
Penyakit
congenital atau bawaan
c.
Sistem yang
dikaji :
o Pola
Aktivitas dan latihan
-
Keletihan/kelelahan
-
Dispnea
-
Perubahan
tanda vital
-
Perubahan
status mental
-
Takipnea
-
Kehilangan
tonus otot
o Pola
persepsi dan pemeriksaan kesehatan
-
Riwayat
hipertensi
-
Endokarditis
-
Penyakit
katup jantung.
o Pola
mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
-
Ansietas,
khawatir, takut
-
Stress yang
b/d penyakit
o Pola nutrisi
dan metabolik
-
Anoreksia
-
Pembengkakan
ekstremitas bawah/edema
o Pola
persepsi dan konsep diri
-
Kelemahan
-
pening
o Pola peran
dan hubungan dengan sesama
-
Penurunan
peran dalam aktivitas sosial dan keluarga
2) Pengkajian Fisik
a.
Inspeksi
Pertumbuhan badan jelas terhambat, pucat dan
banyak keringat bercucuran. Ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada
bertambah, nafas pendek, retraksi pada vena jugulum, sela interkostal dan
region epigastrium. Pada anak kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.
b.
Palpasi
Impuls jantung hiperdinamik kuat
terutama yang timbul dari ventrikel kiri. Teraba getaraa bising pada dinding
dada, pada DSA getaran bising teraba di sela iga ke II atau III kiri. Pada
defek yang sangat besar sering tidak teraba getaran bising karena tekanan di
ventrikel kiri sama dengan tekanan di ventrikel kiri. Teraba tepi hati tumpul
di bawah lengkung iga kanan
c.
Auskultasi
Pada DSA terdapat split bunyi
jantung 2 tanpa bising sering menunjukkan gejala pertama dan salah satunya
petunjuk akan DSA. Jarak antara komponen aorta pulmonal bunyi jantung 2 pada
inspirasi dan ekspirasi tetap sama sehingga disebut “fixed splitting” . Bising
sistolik dan pada pirau kiri ke kanan yang besar maka bising mik diastolic
berfrekuensi rendah terdengar pada sela iga ke IV kiri atau kanan.
II. Diagnosa Keperawatan
1.
Penurunan
curah jantung b/d Malformasi jantung
2.
Gangguan
pertukaran gas b/d kongesti pulmonal.
3.
Intoleransi
aktivitas b/d ketidakseimbangan rasio ventilasi perfusi.
4.
Gangguan
tumbuh kembang b/d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
5.
Kerusakan
integritas kulit b/d edema dan gangguan perfusi jaringan.
6.
Ansietas b/d
status hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi
anaknya.
III. Intervensi Keperawatan
1.
Penurunan
curah jantung b/d malformasi jantung
Tujuan : Klien menunjukkan tanda vital dalam batas yang normal yang
ditandai dengan: disritmia terkontrol, tidak sesak, bebas dari gagal jantung.
Intervensi :
1)
Observasi
kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.
Rasional : Penurunan
curah jantung dapat menunjukan menurunnya nadi perifer. Pucat menunjukan
menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung.
2)
Tegakkan
derajat sianosis (sirkumoral, membrane mukosa, clubbing).
Rasional : Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori
GJK. Area yang sakit sering berwarnabiru atau belang karena peningkatan
kongesti vena.
3)
Monitor
tanda-tanda CHF (gelisah, tachikardia, tachipnea, sesak, lelah saat minum susu,
periorbital edema, oliguria)
Rasional : Tanda-tanda CHF merupakan indikator
penilaian terhadap adanya gagal jantung dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
4)
Berkolaborasi
dalam pemberian digoxin order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya
toksisitas.
Rasional : Insiden toksisitas tinggi (20%) karena
sempitnya batas antara rentang terapeutik dan toksik. Digoxin harus dihentikan
pada adanya kadar obat toksik, frekuensi jantung lambat.
5)
Berikan
pengobatan untuk menurunkan after load.
Rasional : Obat digunakan untuk meningkatkan volume
sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
6)
Berikan
diuretika sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan dosis diuretic tergantung pada
gagal jantung. Penurunan pre load paling banyak digunakan dalam mengobati
pasien dengan curah jantung relative normal ditambah dengan gejala kongesti.
2.
Gangguan
pertukaran gas b/d kongesti pulmonal
Tujuan : Klien dapat menunjukan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
pada jaringan serta tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru, yang
ditandai dengan klien bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi :
1)
Monitor
kualitas dan irama pernapasan.
Rasional : Jalan napas yang kolaps dapat menurunkan
jumlah alveoli yang berfungsi, secara negative mempengaruhi pertujaran gas.
2)
Berikan
posisi semi fowler pada anak.
Rasional : Menurunkan konsumsi atau kebutuhan
oksigendan mempermudah pernapasan yang meningkatkan kenyamanan fisiologi dan
psikologi.
3)
Anjurkan
kepada klien untuk istirahat yang cukup.
Rasional : Istirahat akan membantu respon klien
terhadap aktivitas dan kemampuan berpartisipasi dalam perawatan.
4)
Anjurkan
klien untuk batuk efektif, napas dalam.
Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran
oksigen.
5)
Berikan
oksigen jika ada indikasi.
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar,
yang dapat memperbaiki atau menurunkan hipoksemia jaringan.
6)
Berikan obat
diuretika seperti lasix.
Rasional : Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan
pertukaran gas.
3.
Intoleran
aktifitas b/d kelemahan
Tujuan : Klien dapat mempertahankan aktivitas yang adekuat dan anak akan
berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh anak seusianya, yang
ditandai dengan menurunkan kelemahan dan kelelahan serta tanda vital dalam
batas normal selama beraktivitas.
Intervensi :
1)
Periksa
tanda vital sebelum dan selama aktivitas, terutama bila pasien menggunakan
vasodilator atau diuretik.
Rasional : Tanda-tanda vital dapat berubah setelah
melakukan suatu aktivitas efek akibat obat (vasodilatasi), perpindahan cairan
(diuretik) dapat mempengaruhi fungsi jantung.
2)
Ijinkan anak
untuk beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur.
Rasional : Dengan memenuhi istirahat tidur dapat
menghemat energi dan membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3)
Anjurkan
untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan.
Rasional : Dengan permainan dan aktivitas ringan
dapat mencegah kerja jantung secara tiba-tiba.
4)
Berikan
periode istirahat setelah melakukan aktivitas.
Rasional : Memenuhi kebutuhan aktivitas atau
permainan anak tanpa mempengaruhi stress miokard atau kebutuhan oksigen yang
berlebihan.
5)
Hindarkan
suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin.
Rasional : Suhu lingkungan yang panas atau dingin
dapat mengganggu rasa aman nyaman anak sehingga ia sering malas untuk
beraktivitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar