KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN
“Komunikasi Terapeutik Pada Anak”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer
informasi yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima
pesan. Dalam proses ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih
dan mengirimkan lambang- lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang
pendengar atau penerima berita mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya
arti dan makna yang terkandung dalam pikiran komunikator.
Pada anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan
dengan yang terjadi pada usia bayi, balita,remaja, maupun orang dewasa. Hal ini
disebabkan oleh karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan
usia dan perkembangannya. Komunikasi pada anak sangat penting karena pada
proses tersebut mereka dapat saling mengekspresikan perasaan dan pikiran,
sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Disamping itu dengan berkomunikasi
anak - anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya .
Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan
yang dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan
dan kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan , sering komunikasi
menjadi terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi.
Keadaan ini apabila dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya.
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien , diharapkan dapat
memulai menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam
berkomunikasi sangat penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi
dan dapat membina rasa percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat
mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya. Sehubungan dengan
itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dalam memberikan askep
pada anak, menguasai teknik-teknik komunikasi yang cocok bagi anak sesuai dengan
perkembangannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebgai berikut :
1.
Apakah pengertian komunikasi terapeutik pada anak?
2.
Apakah tujuan komunikasi terapeutik pada anak?
3.
Apakah prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak?
4.
Bagaimanakah teknik komunikasi terapeutik pada anak?
5.
Bagaimanakah karakteristik Helper yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan
terapeutik pada anak?
6.
Bagaimanakah teknik yang kurang tepat dilakukan dalam komunikasi terapeutik
pada anak?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan yang penulisan makalah ini, antara lain :
1.
Siswa dapat mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak.
2.
Siswa dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik pada anak.
3.
Siswa dapat mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak.
4.
Siswa dapat menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada anak.
5.
Siswa dapat mengetahui karakteristik Helper yang memfasilitasi tumbuhnya
hubungan terapeutik pada anak.
6.
Siswa dapat mengetahui dan menghindari teknik yang kurang tepat dilakukan dalam
komunikasi terapeutik pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik pada Anak
Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang
dilakukan antara perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar ,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak.
Komunikasi dengan
anak berdasarkan usia tumbuh kembang, antara lain :
1.
Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada
bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi,
gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi
pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang
menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan
suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada
usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya,
kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke
enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi
dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata
awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah
bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar
yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan
kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan
komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi
yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan
seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain
2.
Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5
tahun)
Perkembangan komunikasi pada
usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan
anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah
mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya
usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak
kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi
pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat
tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa
kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus
berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa
pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi
yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya,
memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus
diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak
untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur
jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi
langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita
selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan
sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara
untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam
menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
3. Usia
Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi
pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar,
membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak
mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada
usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang
kehidupan.
Komunikasi yang
dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat
kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik,
menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang
tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan
prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan
prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan
jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
4. Usia
Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan
komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat
dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan
malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang
direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai
menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa
ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang
dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman
sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga
kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan
merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
2.2 Tujuan Komunikasi
Terapeutik pada Anak
Adapun tujuan yang diharapkan dalam
melakukan komunikasi terapeutik pada anak adalah :
1)
Membantu anak untuk memperjelas dan mengurangi
beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal- hal yang diperlukan.
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal- hal yang diperlukan.
2)
Mengurangi keraguan , membantu dalam hal
mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3)
Mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan
dirinya sendiri.
2.3 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik pada Anak
Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
menurut Carl Rogers, seperti :
1)
Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang
berarti menghayati,memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2)
Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling
menerima percaya,dan menghargai.
3)
Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang
dianut oleh klien
4)
Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan
klien baik fisik maupun mental.
5)
Perawat harus menciptakan suasana yang
memungkinkan klien bebas berkembang tanpa rasa takut.
6)
Perawat harus menciptakan suasana yang
memungkinkan klien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap,tingkah
lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah - masalah
yang dihadapi.
7)
Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri
secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah,
keberhasilan ,maupun frustasi.
8)
Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan
dapat mempertahankan konsistensinya.
9)
Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang
terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.
10)
Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar
hubungan komunikasi terapeutik.
11)
Mampu berperan sebagai role model.
12)
Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila
di anggap mengganggu.
13)
Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong
orang lain secara manusiawi.
14)
Berpegang pada etika.
15)
Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu
tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan
tanggungjawab terhadap orang lain.
2.4 Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik pada Anak
Seperti yang sudah
dijelaskan pasien anak merupakan individu yang unik, dalam melakukan komunikasi
terapeutik dengan pasien anak dibutuhkan teknik khusus agar hubungan yang
dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak.
2.4.1. Teknik Verbal
1.
Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama
dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari
secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang
sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan
memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal
lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan
disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali
dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara
berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat
diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan
tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan
merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah
dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku
atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan
keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi
dengan anak, dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui
berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan
perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6.Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini
sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak,
dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan
negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini
digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan
perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan sakitnya.
2.4.2. Teknik Non Verbal
Teknik komunikasi
non verbal dapat digunakan pada anak- anak seperti :
1. Menulis
Menulis adalah suatu alternatif
pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan pra remaja. Untuk memulai
suatu percakapan perawat dapat memeriksa/ menyelidiki tentang tulisan dan
mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anak-anak
lebih riil dan nyata.
2. Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk
komunikasi yang berharga melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam
menginterpretasi gambar adalah bahwa anak- anak mengungkapakan tentang dirinya.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan/fokuskan pada unsur-unsur sebagai
berikut :
a.
Ukuran dari bentuk badan individu, ini
mengekspresikan orang penting
b. Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas
kepentingan
c.
Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya,
mengekspresikan perasaan anak terhadap status dalam keluaraga atau ikatan
keluarga
d. Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang,
mengekspresikan ambivalen/ pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal-
hal tertentu.
3. Gerakan gambar keluarga
Menggambarkan suatu kelompok,
berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan menggambarkan
pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya. Gambar kelompok
yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.
4. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi
anak- anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak- anak seusia 5 tahun adalah
sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkungan keluarga. Menggambar suatu
lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip dalam
kehidupan anak, dan gambar bundaran- bundaran didekat lingkaran menunjukkan
keakraban/ kedekatan.
5. Menggambar bersama dalam keluarga
Salah satu teknik yang berguna dan
dapat diterapkan pada anak- anak adalah menggambar bersama dalam keluarga.
Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk
mengungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.
6. Bermain
Bermain merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat
dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial.
Terapeutik play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau
masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur
medis/ perawatan.
Diatas telah
dijelaskan beberapa teknik komunikasi terapeutik pada umumnya, sedangkan cara
yang perlu diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak,
antara lain : (Mundakir, 2005 : 153-154)
1. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan
nada suara yang
rendah dan lambat. Agar pasien anak
jauh lebih mengerti apa yang ditanyakan oleh perawat.
2. Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang
hiperaktif lebih
menyukai aktivitas yang ia sukai,
sehingga perawat perlu membuat jadwal yang bergantian antara aktivitas yang
pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau medis.
3. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat
mempertahankan jarak yang
aman saat berinteraksi dengan pasien
anak.
4. Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi
kontak mata saat
mendapat respon dari pasien anak yang
kurang baik, dan kembali melakukan kontak mata saat kira-kira pasien anak sudah
dapat mengontrol perilakunya.
5. Sentuhan, jangan pernah menyentuh
anak tanpa izin dari si anak.
Komunikasi dengan
anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,melalui
komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah
keperawatan atau tindakan keperawatan.
2.5 Karakteristik Helper yang Memfasilitasi
Tumbuhnya Hubungan Terapeutik pada Anak
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa
karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya
hubungan yang terapeutik, yaitu:
1. Kejujuran
Kejujuran
sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan
saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang
terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan
berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering
menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang
tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).). Sangat penting bagi perawat
untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal
tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi,
membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.
2. Tidak membingungkan
dan cukup ekspresif
Dalam
berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah
dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit.
Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya
karena ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.
3. Bersikap positif
Bersikap
positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi
nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun
dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan
dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk
mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan
kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi
penciptaan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima dalam
mengungkapkan perasaan dan pikirannya (Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam
Suryani,2005).
4. Empati bukan simpati
Sikap empati
sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat
akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan
dan dipikirkan klien (Brammer,1993 dalam Suryani,2005). Dengan bersikap empati
perawat dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak
hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam
perasaaan tersebut dan turut berupaya mencari penyelesaian masalah secara
objektif.
5. Mampu melihat
permasalahan dari kacamata klien
Dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor,
Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus mampu untuk melihat
permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu
melakukan hal ini perawat harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan
dengan aktif dan penuh perhatian. Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti
mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi.
Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di
inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara.
Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring sehingga
memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.
6. Menerima klien apa
adanya
Seorang
helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan
interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005).
Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat
diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan
sikap menerima klien apa adanya.
7. Sensitif terhadap
perasaan klien
Seorang
perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan hubungan
terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive
terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan
hal-hal yang menyinggung privasi ataupun perasaan klien.
8. Tidak mudah
terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat
harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat
ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
2.6. Teknik Yang Kurang Tepat Dilakukan Dalam
Komunikasi Terapeutik Pada Anak
Hal- hal
yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak, seperti :
1. Mengabaikan keterangan anak
Saat melakukan komunikasi pada anak
seorang perawat hendaknya selalu mendengarkan segala keluh kesah yang
disampaikan anak, hindari sikap acuh tak acuh. Dengan demikian diharapkan
seorang perawat mampu mengetahui permasalahan yang sebenarnya dialami oleh anak.
2. Besikap emosional
Dalam melakukan komunikasi terapeutik
pada anak bersikaplah tenang dan sabar dalam mendengarkan segala keterangan
yang disampaikan anak. Hindari bersikap emosional karena seorang anak akan
enggan untuk menyampaikan masalahnya.
3. Pembicaraan satu arah
Hindari pembicaraan satu arah saat
melakukan komunikasi terapeutik pada anak karena hal itu akan menyebabkan anak
menjadi pendiam, mintalah umpan balik atas apa yang dibicarakan. Dengan
memberikan kesempatan pada anak untuk ikut berbicara, itu akan membuat anak
menjadi lebih terbuka kepada kita.
4. Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi
Saat berkomunikasi pada anak
hindarilah pertanyaan yang bertubi- tubi karena hal itu akan membuat anak
menjadi bosan dan enggan untuk diajak berkomunikasi pada tahap selanjutnya.
Bila anak tidak menjawab pertanyaan yang diajukan, ulangilah dengan pertanyaan
lain sehingga mendapatkan respon.
5. Menyudutkan anak
Hindarilah sikap yang dapat
menyudutkan anak karena hal itu akan membuat anak kurang mendapatkan
kepercayaan. Terimalah kondisi anak apa
adanya. Apapun yang terjadi berusalah terus ada di pihak anak dengan selalu
mendengarkan segala keluh kesah anak sehingga ia menganggap kita sebagai temannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari
penjelasan diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa :
1. Komunikasi
terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien
(anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan anak.
2. Tujuan
yang diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak adalah membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran, mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
perasaan dan pikiran, mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
3. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers,
diantaranya seperti berpegang pada
etika, komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan
menghargai, perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien,
perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
4. Cara komunikasi terapeutik yang
perawat lakukan saat menghadapi pasien anak seperti posisi badan, jarak
interaksi, kontak mata, nada suara saat berbicara, sentuhan, dan pengalihan
aktivitas dapat membuat pasien anak merasa nyaman dan aman akan keberadaan perawat.
5. Terdapat
teknik komunikasi terapeutik secara verbal yaitu teknik orang ketiga , teknik
bercerita, teknik Biblotherapy, tiga permintaan, rating game, dan Neuro
Linguistic Programming. Sedangkan untuk teknik komunikasi terapeutik secara
nonverbal seperti teknik menulis, teknik menggambar, teknik bermain.
6. Beberapa
karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya
hubungan yang terapeutik, diantaranya seperti kejujuran, tidak membingungkan
dan cukup ekspresif, bersikap positif, empati bukan simpati, mampu melihat
permasalahan dari kacamata klien.
3.2
Saran
Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan mengerti
tentang komunikasi teraprutik pada anak dan teknik- teknik yang digunakan.
Serta diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dari
makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar