KATA PENGANTAR
Puji
serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam, yang telah memberikan kita rahmat, taufiq, hidayah dan anugerahnya sehingga kami berhasil menyusun makalah
Tutorial ini dengan judul “Komunikasi
terapeutik”. Hanya kepadanya
kami memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan sari tauladan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita pada jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
“Tiada
Manusia Yang Sempurna” begitu pula dengan
kami yang telah mempersembahkan makalah ini yang telah Kami susun sebaik
mungkin. Akan tetapi, segala kritik dan saran demi perbaikkan isi makalah ini
akan kami sambut dengan senang hati.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut andil dalam merncerdaskan para calon perawat
Indonesia, dan menjadikan para perawat Indonesia menjadi perawat yang
professional. Wassalamualaikum Wr.Wb
Pekanbaru,
27 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat
bergantung pada konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang,
komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau
dengan kata lain; pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain:
berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita
dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya
penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan
tetapi juga gerakan tubuh atau gesture (non-verbal), adalah komunikasi.
Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi
seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Komunikasi dalam hal ini
mempunyai dua tujuan, yaitu: mempengaruhi orang lain dan untuk mendapatkan
informasi. Akan tetapi, komunikasi dapat digambarkan sebagai komunikasi yang
memiliki kegunaan atau berguna (berbagi informasi, pemikiran, perasaan) dan
komunikasi yang tidak memiliki kegunaan atau tidak berguna (menghambat/blok
penyampaian informasi atau perasaan). Keterampilan berkomunikasi merupakan
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik
itu hubungan yang kompleks maupun hubungan yang sederhana melalui sapaan atau
hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimiliki oleh
seseorang menggambarkan secara utuh dirinya, perasaannya dan apa yang ia sukai
dan tidak sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup,
membangun hubungan dan merasakan kebahagiaan.
Effendy O.U (2002) dalam Suryani (2005) menyatakan lima
komponen dalam komunikasi yaitu; komunikator, komunikan, pesan, media dan efek.
Komunikator (pengirim pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung atau
melalui media kepada komunikan (penerima pesan) sehingga timbul efek atau
akibat terhadap pesan yang telah diterima. Selain itu, komunikan juga dapat
memberikan umpan balik kepada komunikator sehingga terciptalah suatu komunikasi
yang lebih lanjut.
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus
dimiliki oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang
digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan atau
informasi kesehatan-mempengaruhi klien untuk mengaplikasikannya dalam hidup,
menunjukan caring, memberikan rasa nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan
menghargai nilai-nilai klien. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam
keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan.
Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam
mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi
pelaksanaan dari intervensi yang telah dilakukan, melakukan perubahan untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalah- masalah legal yang
berkaitan dengan proses keperawatan.
Proses komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling
percaya dengan klien dan keluarganya. Komunikasi efektif merupakan hal yang
esensial dalam menciptakan hubungan antara perawat dan klien. Addalati (1983),
Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menegaskan bahwa seorang perawat yang
beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh, tidak peduli terhadap pasien,
seseorang (perawat) yang tidak care dengan orang lain (pasien) adalah berdosa.
Seorang perawat yang tidak menjalankan profesinya secara profesional akan
merugikan orang lain (pasien), unit kerjanya dan juga dirinya sendiri.
Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komunikasi
yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan
komunal/kelompok. Demikian pula ditegaskan dalam Poter dan Perry (1993) bahwa
komunikasi dalam prosesnya terjadi dalam tiga tahapan yakni komunikasi intrapersonal,
interpersonal dan public.
SKENARIO
Syahrina
(18 tahun) adalah seorang mahasiswi semester II PSIK Universitas Riau. Suatu
hari, Syahrina sakit dan dirawat dirumah sakit. Seorang perawat datang untuk
mengkaji kondisi Syahrina dengan tergesa-gesa dan menjawab pertanyaan Syahrina
dengan ketus. Tidak ada senyum dan perkenalan nama dari perawat. Syahrina
merasa komuni kasi perawat tidak terapeutik, dan hanya menunjukkan komunikasi
social. Hal itu dapat terlihat dari komunikasi verbal dan nonverbal perawat.
Syahrina merasa kecewa dan merasa perawat tidak empati kepadanya, sehingga
Syahrian tidak betah dirawat dirumah sakit tersebut.
1. Empati:
kemampuan menghadapi perasaan dan pemikiran seseorang dengan proses yang
mendalam dan ikut merasakan dan tidak ikut larut.
2. Komunikasi:
cara atau media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih dengan menukar
idea tau perasaan untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi.
3. Komunikasi
nonverbal: komunikasi menggunakan isyarat, ekspresi wajah, sikap tubuh dan
ekspresi.
4. Komunikasi
verbal: komunikasi yang di sampaikan secara langsung melalui kata-kata
5. Terapeutik:
merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan, yang tujuannya untuk
menyembuhkan atau memulihkan kesehatan pasien.
6. Komunikasi
terapeutik: komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan untuk
kesembuhan pasien dengan mengembangkan hubungan intrapersonal antara klien dan
perawat.
7. Mengkaji:
proses menelaah atau mengulang suatu pelajaran yang bertujuan untuk validasi
data.
8. Komunikasi
social:suatu interaksi antar indivisu atau kelompok dengan menggunakan cara
verbal maupun non verbal dengan maksud untuk menyampaikan pesan yang dapt
dimengerti oleh kedua belah pihak.
1. Apa
perbedaan antara komunikasi social dengan komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana
dampak yang ditimbulkan jika komunikasi terapeutik tidak diterapkan?
3. Menapa
kita harus mempelajari komunikasi terapeutik?
4. Pada
saat kapan saja perawat menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal?
5. Bagaimana
tindakan seorang perawat agar pasien
nyaman di rumah sakit?
6. Adakah
factor penghambat dari komunikasi tera peutik?
7. Pada
kondisi seperti apa seorang perawat harus bersikap empati?
8. Bagaimana
contoh komunikasi terapeutik tersebut?
1. Komunikasi
social di gunakan untuk sehari-hari, sedangkan komunikasi terapeutik digunakan
oleh tenaga medis kepada pasien yang bersifat terapi dan khusus.
2. Proses
penyembuhan pasien akan berlangsung lama, terhambat, pasien akan merasa kecewa,
tidak puas, tidak dihargai.
3. Karena
untuk penyembuhan pasien, juga terjadi hubungan kerjasama antar perawat dan
pasien untuk menyembuhkan.
4. Pada
saat perawat bertemu dan memberikan asuhan keperawatan.
5. Perawat
menggunakan komunikasi terapeutik, perawat tidak ketus, bertindak sesuai keadaan.
6. Factor
fisiologis, psikologis, dan lingkungan.
7. Pada
kondisi tertentu dan tepat.
8. Contohnya
pada saat pasien menceritakan keluh kesahnya dan perawat memberikan masukan dan
saran terhadap pasien.
|
1.
Tujuan dan manfaat komunikasi terapeutik
2.
Unsur komunikasi terapeutik
3.
Jenis teknik komunikasi terapeutik
4.
Tahap –tahap interaksi dengan pasien
5.
Factor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik
6.
Factor yang menghambat komunikasi
terapeutik
7.
Kendala dalam komunikasi terapeutik
8.
Ciri-ciri komunikasi terapeutik
9.
Sikap tubuh saat komunikasi terapeutik
10.
Prinsip komunikasi terapeutik
A. Pengertian
Northouse(1998:12)
mendefenisikan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat
untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis
dan belajar bagaimana berhubungan denga orang lain. Stuart G.W(1998) menyatakan
bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan intra personal antara perawat
dengan klien, dalam hubungan ini perawat dank lien memperoleh pengalaman
belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan untuk kesembuhan pasien
dengan mengembangkan hubungan intrapersonal antara klien dan perawat.
B. Tujuan
1.
Membantu pasien memperjelas dan
mengurangi beban perasaan serta pikiran.
2.
Membantu meengambil tindakan yang
efektif untuk pasien.
3.
Membantu mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik, dan diri sendiri.
4.
Mengurangi keraguan dan mempertahankan
ego.
5.
Realisasi diri, penerimaan diri, dan
peningkatan penghormatan diri.
6.
Kemampuan membina hubungan interpersonal
yang tidak superficial, dan saling bergantung dengan orang lain.
7.
Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
8.
Rasa identitas personal yang jelas dan
peningkatan integritas diri.
9.
Membantu dalam pengambilan tindakan yang
efektif untuk mengubah situasi yang ada dan mempengaruhi orang lain.
10. Mempererat
hubungan antara klien dengan perawat.
C. Manfaat
1.
Mendorong dan menganjurkan kerjasama
antara perawat dan pasien
2.
Mengindentifikasi, mengungkapkan
perasaan, dan mengkaji masalah sertan mengevaluasi tindakan yang dilakukan
perawat.
3.
Memberikan pengertian tingkah laku
pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi.
4.
Mencegah tindakan negative terhadap
pertahankan diri.
5.
Perawat dapat lebih memahami tentang
kondisi klien dan masalah yang menyertai yang disampaikan secara rahasia dan
perawat professional mempunyai kewajiban untuk menjamin kerahasiaan tersebut.
D. Unsur-unsur
1.
Ada sumber proses komunikasi.
2.
Pesan disampaikan dengan verbal dan
nonverbal.
3.
Adanya penerima.
4.
Lingkungan saat komunikasi.
5.
Adanya feedback.
E. Ciri-ciri
1.
Terjadi antara perawat dengan pasien.
2.
Mempunyai tujuan.
3.
Berfokus pada pasien yang membutuhkan
bantuan.
4.
Perawat dengan aktif mendengarkan dan
memberikan respon
F. Prinsip
Prinsip
Komunikasi Terapeutik (Menurut Carl Rogers) adalah:
5.
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus menciptakan suasana agar pasien berkembang tanpa rasa
takut,
8.
Mampu
menentukan batas waktu yang sesuai dan konsisten,
10.
Perawat harus jujur dan berkomunikasi secara terbuka,
11.
Perawat harus dapat berperan sebagai role model,
12.
Mampu
mengekspresikan perasaan,
13.
Altruisme
(panggilan jiwa) untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain,
14.
Berpegang
pada etika,
15.
Tanggung
jawab
16.
Hubungan
yang saling menguntungkan antara pasien dengan perawat.
17.
Perawat
dapat menjaga kerahasian pasien.
G. Factor yang mempengaruhi
1.
Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif,
harus dimengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun
proses berpikir dari orang tersebut. Cara berkomunikasi pada usia remaja dengan
usia balita tentunya berbeda, pada usia remaja barangkali perlu belajar bahasa
“gaul” mereka sehingga remaja yang kita ajak bicara akan merasa kita mengerti
dan komunikasi yang diharapkan akan lancar.
2.
Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi
seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh
harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya
komunikasi.
3.
Nilai
Nilai adalah standar yang
mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang.
Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklasifikasikan nilai sehingga
dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat pada klien. Dalam hubungan
profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.
4.
Latar
belakang budaya sosial
Bahasa dan gaya komunikasi akan
sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara
bertindak dan berkomunikasi seseorang.
5.
Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif
terhadap suatu kejadian, seperti marah, sedih, senang, dan akan dapat
mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu
mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat. Selain itu, perawat juga perlu mengevaluasi emosi
pada dirinya agar dalam memberikan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh
emosi di bawah sadarnya.
6.
Jenis
kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya
komunikasi yang berbeda-beda. Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan
laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita ketika
bermain dengan kelompoknya menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan,
meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman. Sedangkan
laki-laki menggunakan bahasa untuk mendapat kemandirian dan aktivitas
bermainnya, dimana jika mereka ingin berteman maka mereka melakukannya dengan
bermain.
7.
Pengetahun
Tingkat pengetahuan akan
mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuannya
rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahas verbal dibanding
dengan tingkat pengetahuan tinggi. Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan
klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien.
8.
Peran
dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran
dan hubungan antar orang yang berkomunikasi. Cara berkomunikasi seorang perawat
dengan koleganya, dengan cara berkomunikasi seorang perawat dengan klien akan
berbeda tergantung perannya. Demikian juga antara guru dengan murid.
9.
Lingkungan
Lingkungan interaksi akan
mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana bising tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan
kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan.
10.
Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi.
Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan kontrol. Dapat dimisalkan dengan
individu yang merasa terancam ketika seorang yang tidak dikenal tiba-tiba
berada pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya. Hal itu juga dialami oleh
klien pada saat pertama kali berinteraksi dengan perawat. Untuk itu perawat
perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan hubungan dengan
klien.
11. Citra diri
Pembicaraan
orang tua dan anaknya menentukan ekspresi dan presepsi orang.
12. Kondisi fisik
Seseorang
yang bisu atau tunawicara akan sulit berbicara dengan orang yang normal.
H. Jenis teknik
g.
Menggambar dan bermain adalah cara efektif untuk
berkomunikasi dengan anak secara verbal atau non verbal.
a.
Perhatian khusus, karena proses berkomunikasi dengan
lansia itu mempengaruhi komunikasi verbal dan nonverbal lansia.
b.
Perawat harus memperhatiakn apakah lansia itu memiliki
alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik atau tidak sehingga mudau untuk
berkomunikasi.
5.
Pada klien yang tidak sadar mereka masih bisa
menerima rangsangan, perawat harus berhati-hati dalam berbicara tidak boleh
sesuka hati.
I. Tahapan interaksi
dengan pasien
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik
dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap
ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya.
Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama
dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa
cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan
komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000 dalam Suryani,
2005). Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa
yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak
akan mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik (Brammer,
1993 dalam Suryani, 2005) sehingga tidak mampu melakukan active listening
(mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).
Tugas perawat dalam tahapan ini
adalah:
a.
Mengeksplorasi
perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.
b.
Menganalisis
kekuatan dan kelemahan diri.
c.
Mengumpulkan
data tentang klien.
d.
Merencanakan
pertemuan pertama dengan klien.
2.
Tahap
Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap
kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah
memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan
klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W,
1998).
Tugas perawat dalam tahapan ini
adalah:
a.
Membina
rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
b.
Merumuskan
kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan
klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah
disepakati bersama.
c.
Menggali
pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya
dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
d.
Merumuskan
tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini
dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara
perawat dan klien.
3. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang
terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk
membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan
kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal
yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara
aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk
mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian
masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu
menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan
usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan
membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B. &
Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan
oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan
yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh
perawat.
4.
Tahap
Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari
pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah
akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat
dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan
kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir
dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini
adalah:
a.
Mengevaluasi
pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif).
Brammer dan McDonald (1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan
tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna pada
tahap ini.
b.
Melakukan
evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi
dengan perawat.
c.
Menyepakati
tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang
disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan
interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap
orientasi pada pertemuan berikutnya.
J. Factor penghambat.
K. Kendala
L. Cara membantu
komunikasi terapeutik berjalan lancer
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Perry. (2005). Fundamentals of Nursing: Concept, Process,
and Practice Alih bahasa Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC
Deri D.J. Maulana, S.Sos, M.kes. Promosi
Potter,
Perry. (2010). Fundamental of Nursing:
Salemba Medika
MH.Zen.(2013).
Panduan komunikasi efektif untuk bekal
keperawatan professional: D-Medika
Purwanto,Herry.
(1994). Komunikasi untuk perawat: EGC
Hamid,A,Y,S.(1996).
Komunikasi teraupetik: Jakarta
Suliswan,JL&
Deonce,D,M.(1988). Humor & health. Jurnal gerontology nursing
14
Suryani
.(2005). Komunikasi teraupetik teori dan
peraktik .Jakarta:EGC
Hilton.A.P.(2004). Fundamental nursing skills. Usa: whurr publisher ltd
Kozier,et.al.(2004).
Fundamental of nursing: Concept,
Process, and Practice sevent edition.St. Louis:mosby year
book
Stuart,G.W
& sundeeen S.J (1995). Pocket guide
to pschiyatric nursing. Trhird edition. St Louis: mosby Year book
Tailor,lilies&
lemone.(1993).Fundamental of nursing:the
art and science of nursing care. Third edition. Philadelphia:
lippincot-publication.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar