Selasa, 28 Maret 2017

Makalah Tutorial Komunikasi Terapeutik

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam, yang telah memberikan kita rahmat, taufiq, hidayah dan anugerahnya sehingga kami berhasil menyusun makalah Tutorial ini dengan judul “Komunikasi terapeutik”. Hanya kepadanya kami memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan sari tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita pada jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
 “Tiada Manusia Yang Sempurna” begitu pula dengan kami yang telah mempersembahkan makalah ini yang telah Kami susun sebaik mungkin. Akan tetapi, segala kritik dan saran demi perbaikkan isi makalah ini akan kami sambut dengan senang hati.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut andil dalam merncerdaskan para calon perawat Indonesia, dan menjadikan para perawat Indonesia menjadi perawat yang professional. Wassalamualaikum Wr.Wb
Pekanbaru, 27 Maret 2014

Penulis





DAFTAR ISI



BAB I

PENDAHULUAN

Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain; pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain: berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gesture (non-verbal), adalah komunikasi.
Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua tujuan, yaitu: mempengaruhi orang lain dan untuk mendapatkan informasi. Akan tetapi, komunikasi dapat digambarkan sebagai komunikasi yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi informasi, pemikiran, perasaan) dan komunikasi yang tidak memiliki kegunaan atau tidak berguna (menghambat/blok penyampaian informasi atau perasaan). Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik itu hubungan yang kompleks maupun hubungan yang sederhana melalui sapaan atau hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimiliki oleh seseorang menggambarkan secara utuh dirinya, perasaannya dan apa yang ia sukai dan tidak sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup, membangun hubungan dan merasakan kebahagiaan.
Effendy O.U (2002) dalam Suryani (2005) menyatakan lima komponen dalam komunikasi yaitu; komunikator, komunikan, pesan, media dan efek. Komunikator (pengirim pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung atau melalui media kepada komunikan (penerima pesan) sehingga timbul efek atau akibat terhadap pesan yang telah diterima. Selain itu, komunikan juga dapat memberikan umpan balik kepada komunikator sehingga terciptalah suatu komunikasi yang lebih lanjut.
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan-mempengaruhi klien untuk mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring, memberikan rasa nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi pelaksanaan dari intervensi yang telah dilakukan, melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalah- masalah legal yang berkaitan dengan proses keperawatan.
Proses komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya. Komunikasi efektif merupakan hal yang esensial dalam menciptakan hubungan antara perawat dan klien. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menegaskan bahwa seorang perawat yang beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh, tidak peduli terhadap pasien, seseorang (perawat) yang tidak care dengan orang lain (pasien) adalah berdosa. Seorang perawat yang tidak menjalankan profesinya secara profesional akan merugikan orang lain (pasien), unit kerjanya dan juga dirinya sendiri. Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komunikasi yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunal/kelompok. Demikian pula ditegaskan dalam Poter dan Perry (1993) bahwa komunikasi dalam prosesnya terjadi dalam tiga tahapan yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan public.

SKENARIO


Syahrina (18 tahun) adalah seorang mahasiswi semester II PSIK Universitas Riau. Suatu hari, Syahrina sakit dan dirawat dirumah sakit. Seorang perawat datang untuk mengkaji kondisi Syahrina dengan tergesa-gesa dan menjawab pertanyaan Syahrina dengan ketus. Tidak ada senyum dan perkenalan nama dari perawat. Syahrina merasa komuni kasi perawat tidak terapeutik, dan hanya menunjukkan komunikasi social. Hal itu dapat terlihat dari komunikasi verbal dan nonverbal perawat. Syahrina merasa kecewa dan merasa perawat tidak empati kepadanya, sehingga Syahrian tidak betah dirawat dirumah sakit tersebut.












Step 1
Klarifikasi Istilah

1.      Empati: kemampuan menghadapi perasaan dan pemikiran seseorang dengan proses yang mendalam dan ikut merasakan dan tidak ikut larut.
2.      Komunikasi: cara atau media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih dengan menukar idea tau perasaan untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi.
3.      Komunikasi nonverbal: komunikasi menggunakan isyarat, ekspresi wajah, sikap tubuh dan ekspresi.
4.      Komunikasi verbal: komunikasi yang di sampaikan secara langsung melalui kata-kata
5.      Terapeutik: merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan, yang tujuannya untuk menyembuhkan atau memulihkan kesehatan pasien.
6.      Komunikasi terapeutik: komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan untuk kesembuhan pasien dengan mengembangkan hubungan intrapersonal antara klien dan perawat.
7.      Mengkaji: proses menelaah atau mengulang suatu pelajaran yang bertujuan untuk validasi data.
8.      Komunikasi social:suatu interaksi antar indivisu atau kelompok dengan menggunakan cara verbal maupun non verbal dengan maksud untuk menyampaikan pesan yang dapt dimengerti oleh kedua belah pihak.





Step 2
Identifikasi Masalah

1.      Apa perbedaan antara komunikasi social dengan komunikasi terapeutik?
2.      Bagaimana dampak yang ditimbulkan jika komunikasi terapeutik tidak diterapkan?
3.      Menapa kita harus mempelajari komunikasi terapeutik?
4.      Pada saat kapan saja perawat menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal?
5.      Bagaimana tindakan seorang perawat  agar pasien nyaman di rumah sakit?
6.      Adakah factor penghambat dari komunikasi tera peutik?
7.      Pada kondisi seperti apa seorang perawat harus bersikap empati?
8.      Bagaimana contoh komunikasi terapeutik tersebut?











Step 3
Analisis Masalah

1.      Komunikasi social di gunakan untuk sehari-hari, sedangkan komunikasi terapeutik digunakan oleh tenaga medis kepada pasien yang bersifat terapi dan khusus.
2.      Proses penyembuhan pasien akan berlangsung lama, terhambat, pasien akan merasa kecewa, tidak puas, tidak dihargai.
3.      Karena untuk penyembuhan pasien, juga terjadi hubungan kerjasama antar perawat dan pasien untuk menyembuhkan.
4.      Pada saat perawat bertemu dan memberikan asuhan keperawatan.
5.      Perawat menggunakan komunikasi terapeutik, perawat tidak ketus, bertindak sesuai keadaan.
6.      Factor fisiologis, psikologis, dan lingkungan.
7.      Pada kondisi tertentu dan tepat.
8.      Contohnya pada saat pasien menceritakan keluh kesahnya dan perawat memberikan masukan dan saran terhadap pasien.









Step 4
Hipotesis



SYAHRINA MERASA KECEWA DAN TIDAK BETAK DIRAWAT DI RUMAH SAKIT

 
 





Step 5
Learning Issue

1.      Tujuan dan manfaat komunikasi terapeutik
2.      Unsur komunikasi terapeutik
3.      Jenis teknik komunikasi terapeutik
4.      Tahap –tahap interaksi dengan pasien
5.      Factor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik
6.      Factor yang menghambat komunikasi terapeutik
7.      Kendala dalam komunikasi terapeutik
8.      Ciri-ciri komunikasi terapeutik
9.      Sikap tubuh saat komunikasi terapeutik
10.  Prinsip komunikasi terapeutik





Step 6
Mandiri





Step 7
Sintesis

A.    Pengertian


Northouse(1998:12) mendefenisikan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan denga orang lain. Stuart G.W(1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan intra personal antara perawat dengan klien, dalam hubungan ini perawat dank lien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan untuk kesembuhan pasien dengan mengembangkan hubungan intrapersonal antara klien dan perawat.

B.     Tujuan


1.         Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan serta pikiran.
2.         Membantu meengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
3.         Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri.
4.         Mengurangi keraguan dan mempertahankan ego.
5.         Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.
6.         Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superficial, dan saling bergantung dengan orang lain.
7.         Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
8.         Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
9.         Membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada dan mempengaruhi orang lain.
10.     Mempererat hubungan antara klien dengan perawat.

C.    Manfaat


1.        Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dan pasien
2.        Mengindentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah sertan mengevaluasi tindakan yang dilakukan perawat.
3.        Memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi.
4.        Mencegah tindakan negative terhadap pertahankan diri.
5.        Perawat dapat lebih memahami tentang kondisi klien dan masalah yang menyertai yang disampaikan secara rahasia dan perawat professional mempunyai kewajiban untuk menjamin kerahasiaan tersebut.

D.    Unsur-unsur


1.        Ada sumber proses komunikasi.
2.        Pesan disampaikan dengan verbal dan nonverbal.
3.        Adanya penerima.
4.        Lingkungan saat komunikasi.
5.        Adanya feedback.




E.     Ciri-ciri


1.         Terjadi antara perawat dengan pasien.
2.         Mempunyai tujuan.
3.         Berfokus pada pasien yang membutuhkan bantuan.
4.         Perawat dengan aktif mendengarkan dan memberikan respon

F.     Prinsip


Prinsip Komunikasi Terapeutik (Menurut Carl Rogers) adalah:
1.         Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mengenal dirinya sendiri,
2.         Komunikasi ditandai dengan sikap menerima, percaya dan menghargai,
3.         Perawat sebagai tenaga kesehatan harus paham, menghayati nilai yang dianut pasien,
4.         Perawat sebagai tenaga kesehatan harus sadar pentingnya kebutuhan pasien,
5.         Perawat sebagai tenaga kesehatan harus menciptakan suasana agar pasien berkembang tanpa rasa takut,
6.         Perawat sebagai tenaga kesehatan menciptakan suasana agar pasien punya motivasi mengubah diri,
7.         Perawat sebagai tenaga kesehatan harus menguasai perasaannya sendiri,
8.         Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan konsisten,
9.         Perawat harus paham akan arti empati,
10.     Perawat harus jujur dan berkomunikasi secara terbuka,
11.     Perawat harus dapat berperan sebagai role model,
12.     Mampu mengekspresikan perasaan,
13.     Altruisme (panggilan jiwa) untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain,
14.     Berpegang pada etika,
15.     Tanggung jawab
16.     Hubungan yang saling menguntungkan antara pasien dengan perawat.
17.     Perawat dapat menjaga kerahasian pasien.

G.    Factor yang mempengaruhi


1.         Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif, harus dimengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir dari orang tersebut. Cara berkomunikasi pada usia remaja dengan usia balita tentunya berbeda, pada usia remaja barangkali perlu belajar bahasa “gaul” mereka sehingga remaja yang kita ajak bicara akan merasa kita mengerti dan komunikasi yang diharapkan akan lancar.
2.         Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
3.         Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklasifikasikan nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat pada klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.
4.         Latar belakang budaya sosial
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi seseorang.
5.         Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian, seperti marah, sedih, senang, dan akan dapat mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga perawat mampu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu, perawat juga perlu mengevaluasi emosi pada dirinya agar dalam memberikan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi di bawah sadarnya.
6.         Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda. Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita ketika bermain dengan kelompoknya menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman. Sedangkan laki-laki menggunakan bahasa untuk mendapat kemandirian dan aktivitas bermainnya, dimana jika mereka ingin berteman maka mereka melakukannya dengan bermain.
7.         Pengetahun
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahas verbal dibanding dengan tingkat pengetahuan tinggi. Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien.
8.         Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang berkomunikasi. Cara berkomunikasi seorang perawat dengan koleganya, dengan cara berkomunikasi seorang perawat dengan klien akan berbeda tergantung perannya. Demikian juga antara guru dengan murid.
9.         Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana bising tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan.
10.     Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan kontrol. Dapat dimisalkan dengan individu yang merasa terancam ketika seorang yang tidak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya. Hal itu juga dialami oleh klien pada saat pertama kali berinteraksi dengan perawat. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan hubungan dengan klien.
11.     Citra diri
Pembicaraan orang tua dan anaknya menentukan ekspresi dan presepsi orang.
12.     Kondisi fisik
Seseorang yang bisu atau tunawicara akan sulit berbicara dengan orang yang normal.

H.    Jenis teknik





I.       Tahapan interaksi dengan pasien

 

Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000 dalam Suryani, 2005). Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik (Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005) sehingga tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
a.         Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.
b.        Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
c.         Mengumpulkan data tentang klien.
d.        Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2.         Tahap Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W, 1998).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
a.         Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
b.        Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
c.         Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
d.        Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
3.      Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.
4.         Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
a.         Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini.
b.        Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
c.         Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.


J.      Factor penghambat.

3.             Komunikasi yang terjadi satu arah.

K.    Kendala



L.     Cara membantu komunikasi terapeutik berjalan lancer



 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA


Potter, Perry. (2005). Fundamentals of Nursing: Concept, Process, and Practice Alih bahasa Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC
 Deri D.J. Maulana, S.Sos, M.kes. Promosi
Potter, Perry. (2010). Fundamental of Nursing: Salemba Medika
MH.Zen.(2013). Panduan komunikasi efektif untuk bekal keperawatan professional: D-Medika
Purwanto,Herry. (1994). Komunikasi untuk perawat: EGC
Hamid,A,Y,S.(1996). Komunikasi teraupetik: Jakarta
Suliswan,JL& Deonce,D,M.(1988). Humor  & health. Jurnal gerontology nursing 14
Suryani .(2005). Komunikasi teraupetik teori dan peraktik .Jakarta:EGC
Hilton.A.P.(2004). Fundamental  nursing skills. Usa: whurr publisher ltd
Kozier,et.al.(2004). Fundamental of nursing: Concept, Process, and Practice sevent edition.St. Louis:mosby year book
Stuart,G.W & sundeeen S.J (1995). Pocket guide to pschiyatric nursing. Trhird edition. St Louis: mosby Year book
Tailor,lilies& lemone.(1993).Fundamental of nursing:the art and science of nursing care. Third edition. Philadelphia: lippincot-publication.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar